Minggu, 04 November 2012

KONSEPSI HINDUISME TENTANG MASYARAKAT



Menurut ajaran Hinduisme di India, dalam masyarakat terdapat tingkat-tingkat golongan yang bersifat Hirarchis vertikal. Masing-masing golongan kasta satu sama lain tidak ada hubungan sosial secara demokratis, sehingga satu sama lain merupakan golongan (kasta) yang menutup diri terhadap yang lainnya. Dengan kata lain kasta-kasta tidak boleh bergaul dengan kasta lain dibawahnya.
Pembagian kasta tersebut ditetapkan secara langsung dalam kitab suci Brahamana berturut-turut sebagai berikut:
Sutra empat menyebutnya bahwa ada 4 kasta : Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra. Sutra 5 menegaskan bahwa dari keempat kasta yang disebut terlebih dahulu adalah yang lebih baik kelahirannya. Dsalam sutra enam dinyatakan bahwa kewajiban orang-orang yang bukan sudra yang tidak berbuat kejahatan adalah inisiasi, mempelajari kitab weda, membuat api upacara/suci. Hal tersebut merupakan hal yang berpahala. Dalam Sutra empat dinyatakan bahwa sudra wajib taat kepada kasta-kasta diatasnya.
Sebenarnya kitab suci Wedha sendiri tidak menyebutkan susunan kasta tersebut, tetapi setelah timbul kitab Brahmana (sebagai tafsir Wedha) maka barulah disebutkan tentang adanya kasta-kasta ini. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa teori kekastaan hanyalah timbul karena keinginan golongan pendeta (Brahmana) yang ternyata dalam susunannya, golomngan tersebut menempati tingkat tertinggi dari masa itu.
Dalam kitab Brahmana diajarkan pula bahwa :
Ada dua macam dewa, yakni dewa yang benar-benar dewa dan dewa manusia. Kaum Brahmana yang terpelajar dan yang mengajar adalah dewa manusia. Kurban itu dibagikan kepeda dua macam dewa tersebut; sajian kurban itu untuk para dewa dan hadiah kurban adalah untuk dewa manusia yaitu, kaum Brahmana yang terpelajar dan yang mengajar. Kedua dewa tersebut memberi kebahagiaan hidup akherat kepada mereka yang melangsungkan upacara kurban.
Dengan ajaran itu maka kaum Brahmana memperoleh kedudukan yang sangat tinggi di mata masyarakat. Golongan lain yang berada diluar kasta ialah paria yaitu para budak. Mereka dipandang sebagai manusia najis yang tidak boleh disentuh (untoucable man orang-orang yang tak boleh disentuh).
Jadi jelaslah bahwa dalam masyarakat Hinduistik tidak ada persamaan hak dan derajat serta kewajiban, baik dalam hal-hal yang berhubungan dengan pengamatan agama maupun dalam hubungan dengan kehidupan sosialnya, karena dalam hal keagamaan golongan Brahmana dianggap lebih dekat terhadap dewa-dewa dan bahkan dapat mempengaruhi dewa untuk memenuhi permintaannya. Oleh karenanya tingkat hidup golongan Brahmana merupakan pucak tertinggi hidup manusia dalam masyarakat dan agama. Agama Budha dapat dikatakan sebagai ajaran yang bertujuan mereform  keadaan yang pincanga dalam hidup keagamaan dan kemasyarakatan pada masanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar