Rabu, 07 November 2012

Zaman Modern zaman Kemerdekaan India


 Pengaruh kebudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Walaupun Hinduisme  popular dan tradisional tetap menguasai masyarakat  umum,  namun orang-orang terpelajar sangat – sangat dipengaruhi oleh  ide-ide baru  yang  datang dari Barat. Rasionalisme dan Positivisme cukup memikat  pikiran orang-orang yang tidak puas dengan Hinduisme tradisional. Berbagai gerakan reformasi  dimulai, dimana  Brahmo-Samaj, Arya-Samaj,dan Ramakrisna Mission merupakan  gerakan yang paling  penting , Secara umum dapat dikatakan bahwa  hubungan  dengan  Barat telah membuat penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai tradisional Hinduisme, walaupun  mereka harus menyesuaikan diri dengan  melintas modern.

Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduis memenghadapi situasi yang berbeda secara kualitatif.  Serta masuknya penguasa Inggris mengurangi kekuatan Islam, namun Hinduisme harus menghadapi sebuah kekuatan  baru, yakni agama Kristen.Pada  saat yang sama, Hinduisme dihadapkan dengan sebuah ancaman baru,  yakni:  saina, sekularisme dan humanisme.  Justru melalui inisiatif orang-orang Barat, pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab Weda. Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan orang  seorang tokoh nasionalis seperti  Swami  Vivekananda  bahwa Max Muller yang mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah reinkarnasi dari Sayana  di masa kerajaan Vijayanegara.
Walaupun ada sejumlah unsur yang dipertimbangkan  untuk menjelaskan kebangkitan kembali Hinduisme setelah tahun  1800, namun dari sisi Hinduisme sebagai  system  religious, orang harus mengenali  peran Weda dalam proses tersebut.  Pada masa reformasi awal, justru issu tentang Weda dan otoritas Weda muncul  kembali  kepermukaan. Tokoh reformasi  Hindu  pertama adalah  Raja Rammohun  Roy  berusaha untuk membenarkan  monoteisme yang berbasis Vedanta. Sekitar  1830,  dia mendirikan  gerakan Brahmo Samaj  di wilayah Bengal untukmelanjutkan perjuanganya.Kemudian di akhirabad ke-19, Swami DayanandaSaraswati mendirikan gerakan Arya Samaj di Bombay, memperkuatkeabsolutan Weda yang  telah dicetuskan oleh  gerakan Brahma Samaj.
Menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk mempertahankan otoritas Weda karena  di bawa tekanan  Buddhisme,  Jainis medan Materialisme. Di masa modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani  yang  rasional,  modernis, dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggikan  religious di atasotoritas religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda. Sri Ramakrisna kadang kala melakukan penolakan terhadap Weda dan  hanya menggunakanya sebagai simbul. Kemudian Swani  Vivekananda  juga pada saat tertentu meremehkan otorita  Hindu berkata: “Jika saya mengutip sebuah teks dari Weda dan memberikan arti yang tidak masuk akal… maka semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak ragu untuk mengatakan ini dalam ceramah-ceramahnya.

Hampir semua tokoh-tokoh religius India di masa Modern seperti B.G.Tilak (1856-1920), R.Tagore (1861-1941), Sri Aurobindo (1872-1950), dan Mahatma Ghandi(1869-1948) ... semuanya mengambil inspirasi mereka dari Weda, walaupun bukan otoritas Weda, dan bahkan Sri Ramana Maharshi (1879-1950)  mewajibkan pembacaan Weda secara teratur di ashram Tiruvannamalai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar