Ciri utama nasa ini menunjukkan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi perkembangan Hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmudi Ghazni memimpin tujuh perlawanan orang-orang Hindu dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan kota-kota dari pada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput di utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad Ghuri, dan pada tahun 1200, dinasti Budak (slave dynasty) telah mendirikan aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.
Hiduisme berkembang
dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika bukan
menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari
dalam, Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme. Di satu pihak, Islam
menganjurkan perpindahan agama, di pihak lain, Islam mendorong kecenderungan
yang lebih egaliter dan monoteistik bagi kaum Hindu. Kemudian muncul pemisah
antara keduanya, sebagai contoh adalah Kabir (abad ke-15), Guru nanak
(1469-1538), Dadu (1544-1603).
Kabir manulis
sekumpulan kidung (hymns) yang dikenal sebagai “Bijak’’; Dadu, pengikut
Kabir dan pendiri Parabrahmana-sampradaya, bermaksud menyatukan semua
agama menjadi satu. Dia mengarahkan para pengikutnya untuk mengumpulkan semua
teks devosional dari berbagai aliran menjadi satu kumpulan. Tulsidas
(1532-1623) adalah penulis teks Ramayana dalam bahasa versi Hindi (Rama-carita-manasa)
dan Vinaya-patrika.; Guru nanak (1469-1538) menulis teks kaum sikh (Granth
Sahib), yang berisi kidung-kidung yang ditulis oleh guru-guru mereka serta
orang religius lainnya, baik Hindu maupun Muslim.
Memang ada
interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme
menaril diri ke dalam kerang pelindung;
dan secara mendasar berada dalam cengkraman keputusasaan politik, sehingga
berbalik ke arah penghiburan spiritual pada Tuhan. Hal ini terlihat dengan
berkembangnya gaya hidup sebagai bertapa atau mengundurkan diri dari kehidupab
duniawi. Kehidupan sannyasin menjadi semacam pelarian diri, seperti yang
dilihat dengan jelas oleh Guru nanak, pada sekitar avad ke-16, keektiman
Hinduisme terlihat jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kualitas
sensasional, yang gerakkannya diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan
lain-lain.
Gerakan caitanya pada
abad ke-15, yang menekankan pembacaan Weda secara umum, merupakan sebuah usaha
untuk menghindarkan Hinduisme agar tidak menjadi agama rumah dan pera[ian saja.
Gerakan devosional ini menekankan kekuatab penyelamatan dalam nama
Tuhan-terutama Krishna dan Rama, sehimgga berpuncak pada pernyataan paradoks
bahwa nama Tuhan adalah lebih besar dari Tuhan sebdiri. Gerakan devosional (bhakti)
ini dikatakan berasal dari India selatan, dimana para devoti Whisnu dan Shiwa
sudah mencapai puncaknya pada abad ke-9. Sekarang kita akan pindah ke wilayah
India selatan.
Islam masuk ke wilayah India selatan dengan disingkirkanya Deogiri
oleh Malik Kafur pada 1307. Namun reaksi kaum Hindu di selatan cukup menarik
dan berbeda. Sejarah mencatat bahwa ketiga aliran utama Vedanta yang
diwakili oleh Shankara (abad ke-9), Ramanuja (abad ke-12) dan Madhva (abad
ke-13) muncul di selatan. Walaupun pemikiran Ramanuja dan Madhva adalah lebih
bersifat teostik, namun masih tetap mengikuti konsep filsafat Vedanta
dan bukan hany bersifat devosional saja. Wilayah selatan menunjukkan kekuatan
vitalitas lebih besar, bukan hanya secara religius, namun juga secara politis.
Hal ini disebabkan adanya kerajaan Vijayanagar yang berkuasa dari abad ke-14
sampai abad ke-17.
Gerakan devosional (bhakti) di Maharasta (wilayah Barat
India) mengambildua bentuk, yakni; varakari dan dharakari. Bantuk
dharakari lebih bersifat aktif
dan devosional, dimana salah satu tokohnya adalah Ramdas yang menjadi Guur
Shivaji (1627-1680). Di bawah kepemimpinan Shivaji inilah kerajaan Marathas menjadi sebuah kekuatan politik yang
kuat dan menggantikan kekuatan Muslim di selatan. Bentuk varakari
melahirkan nama-nama besar penyair santo
di wilayah Barat India, sepeti Namadev (abad ke-14) dan Tukarram (abad ke-17).
Gerakan bhakti seperti Shankaradeva di Assam dan Purandaradasa di Karnataka
(abad ke-16).
Pada masa ini, dua gerakan politik berbasis Hindu yang cukup
berhasil adalah kerajaan Vijayanagar di selatan dan kerajaan Marathas di bagian
Barat India (terlepas dari kaum Sikh di pinjab). Di masa kerajaan Vijayanagar,
terjadi kebangkitan kembali studi atas Weda dan komentar Hindu atas Weda yang
di tulis oleh Sayana. Kemudian juga Shivaji (1627-1680) dinobatkan sebagai
tokoh pelindung Weda. Puisi-[uisi devosional saat itu berpusat pada Rama dan
Krisna, yang merypakan inkarnasi Wishnu.
Ciri paling menonjol pada masa Muslim (1200-1757) ini adalah
berkembangnya agama Wishnu (Vais hnavism). Dua nama besar dari selatan
dan Vallabha (1479-1531) dari India selatan dan caitanya (1486-1533) dari
wilayah bengal. Keduanya mengajarkan jalan devosi yang berpusat [pada Krishna
dan Radha. Vaishnavism populer ini disebabkan di wilayah Maharastra oleh
Namadeva (abad ke-14) Dan Tukaram (abad ke-17); sedangkan di Utara. Vaishnavism
berkembang dalam bentuk penyembahan terhadap Rama. Tokoh-tokoh terkenal
dari India adalah Ramananda(abad ke-14), Dadu (1544-1603) dan Tulsidas
(1532-1623).
Pengaruh
Islam dapat dilihat dari gerakan religius di India Utara dengan ciri monoteisme
ketat, tanpa menghiraukan perbedaan
kasta dan menolak pemujaan terhadap imaji (patung, gambar dan sebagainya).
Sebagai contoh adalah Kabir (abad ke-15) yang mengajarkan sebuah agama
universal berdasarkan realisasi personal akan Tuhan yang tinggal di dalam hati
manusia. Kemudian, Guru nanak(1469-1538) mendirikan agama sikh (1469-1538) yang
berusaha untuk menyelaraskan Islan dan Hinduisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar